ALIRAN INTUISI
Oleh: Nuryanto
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Intuisi
adalah daya atau kemampuan mengetahui atau
memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati; gerak hati.
Berbicara mengenai aliran intuisi tidak terlepas dari bagaimana teori itu muncul.
Berawal
dari abad ke-19 dimana aliran rasionalisme yang hanya mengedepankan pada
kekuatan akal manusia berupa penjelasan-penjelasan yang bersifat diskriptif
disempurnakan oleh France Bacom dengan metode induksinya atau dikenal juga
dengan metode eksperimen, manpu menghantarkan manusia menuju ke suatu peradaban
dunia modern yang maju dengan pesat ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi seperti yang kita nikmati sekarang ini.
Meskipun demikian, efek yang luar biasa dari
penemuan Bacom tersebut menemui jalan buntu (deadlock) manakala dihadapkan
dengan perkara yang berhubungan dengan nilai-nilai, kematian, kenyataan yang
paradoks, Tuhan serta kenyataan yang tidak bisa dieksperimentasikan.
Sebagai jawaban atas kekurangan dari penemuan
Bacom maka ditemukanlah alat ukur baru oleh P.D Quspensky yaitu kebenaran yang
bersifat intuitif yang merangkum keduanya. Inilah beberapa pokok bahasan utama
dalam pengenalan aliran intuisi, disamping objek dan pengembangan teori tentang
sumber pengetahuan dan kebenaran yang akan dijelaskan berikutnya.
1.2 Rumusan
Masalah
Permasalahan
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimanakah konsep pemikiran aliran
intuisi?
2. Siapakah tokoh-tokoh aliran intuisi?
3. Bagaimanakah pandangan barat
terhadap aliran intuisi sebagai sumber pengetahuan?
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Konsep pemikiran
Intuisionisme
adalah system etika yang tidak mengukur baik atau buruk suatu perbuatan
berdasarkan hasilnya tetapi berdasarkan niat dalam melaksanakan perbuatan
tersebut. Menurut John M. Echols (1997:329) intuisionisme berasal dari
perkataan Inggris yaitu intuition yang artinya gerak hati. Maksudnya adalah
bahwa manusia memiliki gerak hati atau disebut hati nurani. Gerak hati mampu
membuat manusia melihat secara langsung suatu perkara benar atau salah, jahat
atau baik, buruk atau baik secara moral. Ia dirujuk sebagai suatu proses melihat
dan memahami masalah secara spontan juga merupakan satu proses melihat dan
memahami suatu masalah secara intelek. Pengetahuan intuitif ini merupakan pengetahuan langsung tentang
suatu hal tanpa melalui proses pemikiran rasional. Namun kemampuan seperti ini
bergantung kepada usaha manusia itu sendiri.
Secara
fisik organ yang berkaitan dengan gerak hati atau intusi tidak diketahui secara
jelas. Sebagian ahli filsafat menyebutnya sebagai jantung dan ada juga yang
menyebutnya otak bagian kanan. Pada praktiknya intuisi muncul dalam bentuk
pengetahuan yang tiba-tiba hadir dalam sadar tanpa melalui penalaran yang
jelas, tidak analitik dan tidak selalu logik. Intuisi bisa muncul tanpa kita
rencanakan apakah ketika santai ataupun tegang, ketika diam ataupun bergerak.
Dengan kata lain pemikiran intuisionis ialah sejenis pengetahuan yang lebih
tinggi dan berbeda dengan yang diperoleh secara individu. Kemunculan ide yang
meledak secara tiba-tiba dalam memberikan tafsiran terhadap sesuatu perkara
boleh dikaitkan dengan aliran pemikiran ini.
Intuisi
disebut juga sebagai ilham atau inspirasi. Meskipun pengetahuan intuisi hadir
begitu saja secara tiba-tiba, namun ia juga tidak terjadi kepada semua orang
melainkan hanya jika seseorang itu sudah berfikir keras mengenai suatu masalah.
Ketika seseorang sudah memaksimalkan daya fikirnya dan mengalami tekanan , lalu
dia mengistirahatkan pikirannya dengan tidur atau bersantai, maka saat itulah
intuisi berkemungkinan akan muncul. Bahkan intuisi sering disebut separo
rasional atau kemampuan yang berbeda pada tahab yang lebih tinggi dari rasional
dan hanya berfungsi jika rasio telah digunakan secara maksimal namun menemui
jalan buntu.
Hati
bekerja pada tempat yang tidak mampu dijangkau oleh akal yaitu penggalaman emosional
dan spiritual. Kelemahan akal adalah karena ia ditutupi oleh banyak perkara.
Menurut Immanuel Kant (1724:1804) akal tidak pernah mampu mencapai pengetahuan
langsung tentang sesuatu perkara. Akal hanya mampu berpikir perkara yang
dilihat terus (fenomena) tetapi hati mampu menafsir suatu perkara dengan tidak
terhalang oleh perkara apapun tanpa ada jarak antara subjek dan objek.
Hati
dapat memahami pengalaman-pengalaman khusus, misalnya pengalaman eksistensial,
yaitu pengalaman hidup manusia yang dirasakan langsung, bukan yang telah
ditafsir oleh akal. Akal tidak dapat mengetahui rasa cinta, tetapi hatilah yang
merasakannya.
Keutamaan
hati sebagai sumber pengetahuan yang paling banyak dipercayai dibanding sumber
lain. Pengetahuan ini disebut intuisionisme. Sebagian besar ahli filsafat
muslim mempercayai kelebihan hati dibandingkan dengan akal. Salain itu terdapat
juga sumber pengetahuan lain yang disebut wahyu.
Intuisionisme
dikembangkan di barat Henri Bergson. Dalam tradisi filsafat barat, pertentangan
keras terjadi antara aliran empirisme dan rasionalisme. Pada awal abad ke-20,
Empirisme masih menguasai pemikiran positivisme dalam ilmuwan barat. Pada
filsafat pemikiran islam terjadi juga pertentangan antara aliran rasionalisme
dan intuisionisme. Pada umumnya penilaian positif dari para ahli filsafat
muslim terhadap intuisi bahwa mereka memberikan status yang kuat pada wahyu
sebagai sumber pengetahuan yang lebih sahih daripada Rasionalisme.
Meski
dimiliki oleh semua orang, kadar kekuatan intuisi ini tentu saja berbeda-beda.
Ada yang merasakannya sangat kuat, ada juda yang samar-samar. Biasanya kaum
wanitalah yang intuisinya relative lebih peka. Keberadan intuisi sebenernya
tidak jauh berbeda dengan bintang dilangit, ketika siang hari kita tidak bisa
melihat keberadaannya karena terangnya cahaya matahari membuat mata kita
tergoda untuk memandang objek yang lain. Tapi saat datang kegelapan barulah
keberadaan bintang-bintang tersebut dapat kita lihat karena objek yang lain
tidak terlihat. Dengan kata lain,untuk merasakan intuisi sebagai kekuatan
terselubung, dibutuhkan situasi yang khusus, yaitu ketika mata batin lebih
terfokus karena tidak terganggu oleh objek penglihatan yang lain. Namun focus
dan tidaknya kekuatan itu salalu ada dalam diri setiap orang. Tinggal bagaimana
menyelaminya untuk kemudian memanfaatkannya dalam kehidupan.
2.2 Mengasah intuisi
Intuisi
merupakan pengetahuan yang bergerak antara rasional dan literal. Sehingga untuk
memahaminya, tidak cukup hanya menggunakan kategori akal. Tetapi harus memiliki
keyakinan bahwa semua keyakinan dimuka bumi tidak terlepas dari sunatullah. Proses
berlangsungnya sunatullah itu melewati beberapa tahapan yang sudah pasti
terjadi sebelum sampai pada kejadianya itu sendiri. Direntang waktu inilah
lahir kekuatan alam bawah sadar manusia yang disebut intuisi.
Cara untuk memberdayakan daya
intuisi agar berfanfaat dalam kehidupan adalah.
1. Meyakini dan menghargai intuisi
Keyakinan merupakan awal dari segalanya. Dengan meyakini
bahwa anda mampu dan mempunyai intuisi, serta meyakini kalau anda mampu
mengetuk dan berniat mengembangkanya, maka intuisipun akan berkembang
sebagaimana anda harapkan serta memberikan informasi dan hal-hal lain yang
bermanfaat dalam kehidupan.
2. Meningkatkan spiritual
Intuisi bergerak antara rasional dan literal (sesuatu yang
tidak dapat dibayangkan). Sehingga untuk mempertajam intuisi, kemampuan yang
ada pada diri kita saja tidak cukup dan perlu campur tangan pemilik kehidupan.
Dengan mendekatkan diri kepada sang pencipta, ibaratnya kita memasang radar
untuk menangkap dan mendeteksi isyarat-isyarat yang datang dari langit. Bagi
umat islam bisa melakukan kegiatan kerohanian, salah satunya adalah dengan
berzikir. Sementara bagi umat Kristen dapat melakukan kegiatan antara lain
melantunkan lagu-lagu pujian, doa. Sedangkan bagi penganut kepercayaan lain
dapat melakukan latihan pernafasan atau bermeditasi.
3. Pengendalian emosi
Indera keemam akan dapat berfungsi dengan baik apabila emosi
senantiasa terkontrol. Memberdayakan intuisi tidak berbeda halnya dengan
mengaktifkan indera tidak kasat mata. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari
diusahakan semaksimal mungkin agar emosi dapat selalu terjaga. Untuk menjaganya
diupayakan agar kerja pikiran dan perasaan selalu seimbang.
4. Mengisi jiwa
Menghayati perasaan dan senantiasa belajar untuk membaca
fenomena-fenomena yang terjadi disekitarnya akan memiliki kepedulian yang lebih
dalam memperhatikan keadaan kejiwaan orang lain. Dan juga peka membaca
perubahan-perubahan yang terjadi disekelilingnya. Kepekaan jiwa dan perasaan
sangat penting untuk dimiliki, karena intuisi sering dating lewat tanda-tanda
,perlambang-perlambang yang membutuhkan kepekaan perasaan untuk bisa menangkap
dan menterjemahkannya.
5. Permainan mengendalikan indera
mistik.
Salah satu cara untuk melatih dan mengasah indera mistik
yaitu dengan melakukan permainan sederhana. Permainan tersebut dilakukan secara
rutin setiap hari dengan meluangkan waktu sekitar seperempat jam. Caranya
adalah dengan menuliskan keinginan, harapan, atau apa saja yang sangat
diidam-idamkan dalam sebuah buku.yang harus ditulis adalah sesuatu yang
benar-benar keluar dari dalam hati, dan bukan sekedar rekaan saja. Keinginan
tersebut dapat berupa benda , atau yang bersifat non materiil. Setelah itu
bayangkan bahwa keinginan tersebut benar-benar tercapai, tanpa berpikir
bagaimana cara mencapaainya. Baru kemudian buku ditutup dan kerjakan aktifitas
rutin sehari-hari.lakukan hal tersebut setiap hari selama sebulan lamanya.
Setelah satu bulan buka kembali buku anda dan bacalah keinginan dan harapan
yang telah anda tulis. Maka anda akan menemukan sebagian dari keinginan
tersebut dapat tercapai.
6. Membaca mimpi
Biasanya
mimpi dating dalam bahasa atau perlambang yang dapat dimengerti, dan intuisi
sering hadir dalam wujud mimpi. Karena itu cobalah untuk belajar membaca dan
memperhatikan tema-tema besar apa yang muncul dalam mimpi anda.
III. TOKOH-TOKOH ALIRAN INTUISIONISME DAN PERKEMBANGANNYA
Intuisionisme
dikembangkan oleh Henry Bergson (1959-1941) ini berkeyakinan bahwa akal dan
indera memiliki keterbatasan. Karena menurutnya objek-objek yang kita tangkap
itu adalah objek yang selalu berubah-ubah. Jadi pengetahuan yang dimiliki
manusia tidak pernah tetap. Namun, ia dipelopori oleh Luitzen Egbertus Jan
Brouwer (1881-1966) yang dikembangkan di Belanda. Aliran ini sejalan dengan
falsafah umum yang dicetuskan oleh Imanuel Kant (1724-1804). Untuk mengetahui
tokoh-tokoh dalam aliran ini akan dijabarkan sebagai berikut
3.1. Luitzen Egbertus Jan Brouwer (1881-1966)
Brouwer
dilahirkan disebuah kota di Overschie, Belanda. Karya pertama Brouwer adalah
“Perubahan Pada Empat Demensi” dibawah bimbingan Kortteweg. Menurut Brouwer,
dasar dari intuisionisme adalah pikiran. Namun, pemikiran-pemikiran yang
dicetuskannya banyak dipengaruhi oleh pandangan Imanuel Kant. Matematika didefinisikan
oleh Brouwer sebagai aktifitas secara bebas, namun ia merupakan suatu aktivitas
yang ditemukan dari intuisi pada suatu saat tertentu. Pandangan intuisionisme
tidak realism terhadap objek-objek dan tidak ada bahasa yang menghubungkan
sehingga boleh dikatakan tidak ada penentu kebenaran matematika diluar
aktivitas berpikir. Proposisi hanya berlaku ketika subjek dapat dibuktikan
kebenarannya. Kesimpulan ,Brouwer mengungkapkan bahwa tidak ada kebenaran tanpa
dilakukan pembuktian.
3.2 Arend Heyting (1898-1980)
Murid
Brouwer yang memiliki pengaruh besar pada
perkembangan intuisionisme filsafat matematika adalah Arend Heyting.
Heyting menciptakan sebuah formula logik intuisionisme yang sangat tepat.
Sistem ini dinamakan “Predikat Kalkulus Heyting” . Heyting menegaskan bahwa
metafisik adalah pokok dalam kebenaran realisme logik klasik. Bahasa matematika
klasik adalah pengertian faktor-faktor
objektif sebagai syarat-syarat kebenaran yang terbaik. Arti matematika
klasik menggambarkan suatu keadaan dalam pernyataan benar dan salah. Arti
seperti ini tidak tepat untuk intuisionisme.
3.3 Sir Michael Anthony Eardly Dummett (1925-sekarang)
Filsafat
Dummett lebih mementingkan pada logika intuisionistik daripada matematika itu
sendiri. Pendapatnya seperti Brouwer tetapi tidak seperti Heyting . dummett
tidak memiliki orientasi memilih. Dummett mengeksplorasi matematika klasik
dengan menggunakan bentuk pikiran yang tidak mengakui pada satu jalan peraturan
penguraian pernyataan alternatifnya. Ia mengusulkan beberapa pertimbangan
mengenai logika adalah yang pada akhirnya harus bergantung pada arti
pertanyaan. Ia juga mengambil pandangan yang diperoleh secara luas, yang
kemudian disebut sebagai terminologi logika.
BAB IV INTUISI DALAM PEMIKIRAN
BARAT
4.Intuisi
dalam pemikiran barat
Aliran rasionalisme mengatakan bahwa realitas harus
dijelaskan berdasarkan kategori-kategori akal. Aristoteles menemukan alat ukur
ini dengan memberikan nama Organon .
Derngan alat ukur ini mampu dijelaskan segala sesuatu yang ada . Namun Organon
hanya bersifat sebagai pengajaran atau penjelasan yang bersifat deskriptif
saja. Aristoteles tidak mampu bertindak untuk melakukan sesuatu.
Sebagai jawaban atas kelemahan Organon, Francis Bacon
(1561-1626) menemukan alat ukur lain,yaitu Novum Organum. Menurutnya, kebenaran
sesuatu itu tidak boleh hanya dijelaskan saja tetapi harus dilakukan atau
dieksperimentasikan. Di dalamnya harus
ada proses. Dengan ditemukannya alat ukur ini, peradaban manusia berkembang
luar biasa. Manusia mencapai hasil diluar batas kemampuan akal. Sesuatu yang
semula tidak dipikirkan,menjadi mampu dibuktikan. Eksperimentasi serta metode
ilmiah mendominasi peradaban manusia. Pemikiran Francis Bacon ini telah membawa
kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Meskipun efeknya luar biasa, penemuan bacon juga
menemukan batasnya, yaitu ketika berhubungan dengan nilai-nilai,
kematian,kenyataan yang paradox ,Tuhan, serta kenyataan yang tidak bisa
dieksperimentasikan atau dibawa ke laboratorium. Sebagai jawaban atas
kekurangan Bacon, maka ditemukanlah alat ukur baru yang disebut dengan Tertium
Organum oleh P.D.Quspensky (1878-1947), yaitu kebenaran yang bersifat intuitif
yang merangkum keduanya, bahwa kenyataan itu harus rasional tetapi juga harus
dieksperimentasikan ,yang didalamnya akan terjadi proses,perkembangan atau
evolusi kesadaran menuju kenyataan yang tinggi.
Henri Bergson (1859-1941), seorang filusuf Perancis,
mengatakan bahwa intelek dan intuisi adalah dua jenis pengetahuan yang berbeda.
Prinsip sains dimasukkan dalam kategori intelek dan prinsip-prinsip metafisika
merupakan intuisi. Sains dan filsafat dapat disatukan dan akan menghasilkan
pengetahuan yang intelektual dan intuitif. Pengetahuan semacam ini dapat
menyatukan dua realitas yang berbeda.
Bergson mengatakan bahwa intuisi itu jangan disamakan
dengan perasaan dan emosi secara harfiah. Intuisi harus dilihat sebagai sesuatu
yang bergantung pada kemampuan khusus yang didapatkan dari ilmu non alam.
Intuisi itu sepertinya suatu tindakan atau rentetan dari tindakan-tindakan yang
berasal dari pengalaman. Intuisi itu hanya bisa didapatkan dengan melepaskan
diri dengan kesadaran spontan. Satu hal yang dicapai intuisi dan disebut
sebagai objeknya adalah kepribadian diri manusia. Bergson mengatakan bahwa
kenyataan absolute itu yang dikuak oleh intuisi metafisis adalah waktu yang
tidak pernah habis. Manusia dapat menemukan kepribadiannya dengan berjalannya
waktu, dan proses untuk sampai pada perubahan sepertinya sulit untuk berhenti.
Dengan intuisi manusia akan mendapatkan bentuk pengetahuan yang menyatakan
realitas itu kontinu dan tak dapat
terbagi. Realitas akan selalu berubah karena dalam hidup manusia akan selalu
ada kebebasan akan kreativitas.
Dalam sejarah filsafat barat, sekurang-kurangnya terdapat
empat kecenderungan besar dalam menyikapi proses ilmiah. Keempat aliran itu
adalah rasionalisme, empirisme, kritisisme, dan intuisionisme. Kemunculan
aliran rasionalisme biasanya dikaitkan dengan filosof abad 17 dan 18, seperti
Rene Descartes, Baruch Spinoza, dan Gottfried Lebniz, walaupun sebenarnya akar
dari pemikiran ini dapat dilacak sampai filsafat Yunani. Paham ini berpendapat
bahwa pada hakikatnya ilmu itu bersumber pada akal budi manusia. Descartes
mengatakan bahwa dalam jiwa manusia terdapat ide bawaan yang dinamakan subtansi
yang sudah tertanam. Lebih lanjut Descartes menyebut tiga hal yang disebut
sebagai ide bawaan : pemikiran, Tuhan, dan keluasan (ekstensi). Menurut aliran
ini sumber ilmu adalah akal melalui deduksi ketat seraya mengabaikan
pengalaman. Hal ini menurut mereka karena ilmu adalah sesuatu yang sudah built
in dalam jiwa manusia dan tugas kita adalah
mencapainya melalui deduksi . karenanya ilmu yang dihasilkan oleh Aliran
ini biasanya dianggap bersifat universal.
Aliran kedua adalah empirisme yang menekankan pentingnya
pengalaman sebagai sarana pencapaian pengetahuan. Aliran ini dipelopori ole
France Bacom, sekalipun dalam pengertian tertentu pemikiran yang mengutamakan
pendekatan empirik dapat dilacak pula dalam filsafat Yunani. Puncak aliran ini
terdapat pada pemikiran David Hume dalam karyanya A Treatise of Human Nature
mengupas persoalan-persoalan erpistemologis penting. Berbanding terbalik dengan
rasionalisme. Seperti yang dijelaskan oleh Hume, mengatakan bahwa seluruh isi
pemikiran manusia berasal dari pengalaman, yang kemudian diistilahkan dengan
persepsi. Kemudian persepsi dibagi menjadi dua macam,yaitu kesan-kesan
(impressions) dan gagasan (ideas). Yang pertama adalah yang masuk melalui akal
budi secara langsung,sifatnya kuat dan hidup. Yang berikutnya adalah persepsi
yang berisi gambaran kabur tentang kesan-kesan. Derevasi ilmiah yang diakui
oleh aliran ini adalah induksi terhadap fakta-fakta empiris
Aliran ketiga adalah kritisisme yang merupakan usaha
untuk menyintesiskan dua kutup ekstrim sebelumnya, rasionalisme dan empirisme.
Tokoh utama aliran ini adalah Imanuel Kant. Pemikiran yang disampaikan oleh
Kant berusaha untuk mengahiri perdebatan yang terjadi tentang objektivitas
pengetahuan antara rasionalisme Jerman, yang diwakili Leibniz dan Wolf, dan
empirisme Inggris. Kant berusaha menunjukkan unsur mana saja dalam pemikiran
manusia yang berasal dari pengalaman dan unsur mana yang berasal dari akal.
Berbeda dengan aliran filsafat sebelumnya yang memusatkan perhatian pada objek
penelitian, Kant mengawali filsafatnya dengan memikirkan manusia sebagai subjek
yang berfikir. Dengan demikian focus perhatian Kant adalah pada pada
penyelidikan rasio manusia dan batas-batasnya.
Aliran keempat yaitu intuisionisme. Aliran ini dimulai
oleh Henri Bergson. Jika aliran ketiga aliran sebelumnya menekankan pentingnya
akal dalam mencapai pengetahuan, aliran ini justru mementingkan intuisi.
Penekanan terhadap intuisi ini tidak
berarti bahwa mereka menafikan sama sekali peran akal dan indera. Mazhab ini
menyatakan bahwa mereka pengetahuan yang diperoleh melalui penghayatan langsung
lebih superior dan sempurna. Secara epistemologis, pengetahuan melalui intuisi
ini diperoleh melalui perasaan langsung mengenai hakekat sebuah objek, bukan
aspek lahiriah dari objek itu. Bergson membagi pengetahuan menjadi dua macam;
pengetahuan mengenai (knowledge about) dan pengetahuan tentang (knowledge of )
. Yang pertama bersifat diskursif-simbolis, sementara yang kedua bersifat
langsung.
BAB V PENUTUP
Menurut
John M. Echols (1997:329) intuisionisme berasal dari perkataan Inggris yaitu
intuition yang artinya gerak hati. Maksudnya adalah bahwa manusia memiliki
gerak hati atau disebut hati nurani. Gerak hati mampu membuat manusia melihat
secara langsung suatu perkara benar atau salah, jahat atau baik, buruk atau
baik secara moral. Ia dirujuk sebagai suatu proses melihat dan memahami masalah
secara spontan juga merupakan satu proses melihat dan memahami suatu masalah
secara intelek. Pengetahuan intuitif ini
merupakan pengetahuan langsung tentang suatu hal tanpa melalui proses pemikiran
rasional. Namun kemampuan seperti ini bergantung kepada usaha manusia itu
sendiri.
Intuisionisme
adalah system etika yang tidak mengukur baik atau buruk suatu perbuatan
berdasarkan hasilnya tetapi berdasarkan niat dalam melaksanakan perbuatan
tersebut.
Tokoh-tokoh aliran intuisionisme dan perkembangannya 1. Luitzen Egbertus Jan Brouwer (1881-1966) Menurut Brouwer, dasar
dari intuisionisme adalah pikiran 2.
Arend Heyting (1898-1980) Heyting menciptakan sebuah formula logik
intuisionisme yang sangat tepat. Sistem ini dinamakan “Predikat Kalkulus
Heyting” 3. Sir Michael Anthony Eardly
Dummett (1925-sekarang) Filsafat Dummett lebih mementingkan pada logika
intuisionistik daripada matematika itu sendiri
Menurut
Immanuel Kant (1724:1804) akal tidak pernah mampu mencapai pengetahuan langsung
tentang sesuatu perkara. Akal hanya mampu berpikir perkara yang dilihat terus
(fenomena) tetapi hati mampu menafsir suatu perkara dengan tidak terhalang oleh
perkara apapun tanpa ada jarak antara subjek dan objek.
Hati
dapat memahami pengalaman-pengalaman khusus, misalnya pengalaman eksistensial,
yaitu pengalaman hidup manusia yang dirasakan langsung, bukan yang telah
ditafsir oleh akal. Akal tidak dapat mengetahui rasa cinta, tetapi hatilah yang
merasakannya.
Keutamaan
hati sebagai sumber pengetahuan yang paling banyak dipercayai dibanding sumber
lain. Pengetahuan ini disebut intuisionisme
DAFTAR PUSTAKA
prwansabditama.blogspot.com/2009/01/aliran-filsafat-modern.html
pdf-filsafat-kompasiana.com/…/intuisi-dalam-alam-pikiran-barat-dan
–alam-pikiranjawa-sebuah-perbandingan/
rabbani.wordpress.com/…/tentang-sumber-sumber-pengetahuan-antara-barat-dan-islam
kafeilmu.co.cc/tema/intuisi-dalam-alam-pikiran-barat.html-
susanto.A,Drs.MPd.2010.filsafat
ilmu- bumi aksara-Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar