Jumat, 29 Maret 2013

Aliran Intuisi


ALIRAN INTUISI
Oleh: Nuryanto
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
 Intuisi adalah daya atau kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati; gerak hati. Berbicara mengenai aliran intuisi tidak terlepas dari bagaimana teori itu muncul.
Berawal dari abad ke-19 dimana aliran rasionalisme yang hanya mengedepankan pada kekuatan akal manusia berupa penjelasan-penjelasan yang bersifat diskriptif disempurnakan oleh France Bacom dengan metode induksinya atau dikenal juga dengan metode eksperimen, manpu menghantarkan manusia menuju ke suatu peradaban dunia modern yang maju dengan pesat ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang kita nikmati sekarang ini.
 Meskipun demikian, efek yang luar biasa dari penemuan Bacom tersebut menemui jalan buntu (deadlock) manakala dihadapkan dengan perkara yang berhubungan dengan nilai-nilai, kematian, kenyataan yang paradoks, Tuhan serta kenyataan yang tidak bisa dieksperimentasikan.
 Sebagai jawaban atas kekurangan dari penemuan Bacom maka ditemukanlah alat ukur baru oleh P.D Quspensky yaitu kebenaran yang bersifat intuitif yang merangkum keduanya. Inilah beberapa pokok bahasan utama dalam pengenalan aliran intuisi, disamping objek dan pengembangan teori tentang sumber pengetahuan dan kebenaran yang akan dijelaskan berikutnya.

1.2  Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.      Bagaimanakah konsep pemikiran aliran intuisi?
2.      Siapakah tokoh-tokoh aliran intuisi?
3.      Bagaimanakah pandangan barat terhadap aliran intuisi sebagai sumber pengetahuan?

BAB II PEMBAHASAN


2.1 Konsep pemikiran
            Intuisionisme adalah system etika yang tidak mengukur baik atau buruk suatu perbuatan berdasarkan hasilnya tetapi berdasarkan niat dalam melaksanakan perbuatan tersebut. Menurut John M. Echols (1997:329) intuisionisme berasal dari perkataan Inggris yaitu intuition yang artinya gerak hati. Maksudnya adalah bahwa manusia memiliki gerak hati atau disebut hati nurani. Gerak hati mampu membuat manusia melihat secara langsung suatu perkara benar atau salah, jahat atau baik, buruk atau baik secara moral. Ia dirujuk sebagai suatu proses melihat dan memahami masalah secara spontan juga merupakan satu proses melihat dan memahami suatu masalah secara intelek. Pengetahuan intuitif  ini merupakan pengetahuan langsung tentang suatu hal tanpa melalui proses pemikiran rasional. Namun kemampuan seperti ini bergantung kepada usaha manusia itu sendiri.
            Secara fisik organ yang berkaitan dengan gerak hati atau intusi tidak diketahui secara jelas. Sebagian ahli filsafat menyebutnya sebagai jantung dan ada juga yang menyebutnya otak bagian kanan. Pada praktiknya intuisi muncul dalam bentuk pengetahuan yang tiba-tiba hadir dalam sadar tanpa melalui penalaran yang jelas, tidak analitik dan tidak selalu logik. Intuisi bisa muncul tanpa kita rencanakan apakah ketika santai ataupun tegang, ketika diam ataupun bergerak. Dengan kata lain pemikiran intuisionis ialah sejenis pengetahuan yang lebih tinggi dan berbeda dengan yang diperoleh secara individu. Kemunculan ide yang meledak secara tiba-tiba dalam memberikan tafsiran terhadap sesuatu perkara boleh dikaitkan dengan aliran pemikiran ini.
            Intuisi disebut juga sebagai ilham atau inspirasi. Meskipun pengetahuan intuisi hadir begitu saja secara tiba-tiba, namun ia juga tidak terjadi kepada semua orang melainkan hanya jika seseorang itu sudah berfikir keras mengenai suatu masalah. Ketika seseorang sudah memaksimalkan daya fikirnya dan mengalami tekanan , lalu dia mengistirahatkan pikirannya dengan tidur atau bersantai, maka saat itulah intuisi berkemungkinan akan muncul. Bahkan intuisi sering disebut separo rasional atau kemampuan yang berbeda pada tahab yang lebih tinggi dari rasional dan hanya berfungsi jika rasio telah digunakan secara maksimal namun menemui jalan buntu.
            Hati bekerja pada tempat yang tidak mampu dijangkau oleh akal yaitu penggalaman emosional dan spiritual. Kelemahan akal adalah karena ia ditutupi oleh banyak perkara. Menurut Immanuel Kant (1724:1804) akal tidak pernah mampu mencapai pengetahuan langsung tentang sesuatu perkara. Akal hanya mampu berpikir perkara yang dilihat terus (fenomena) tetapi hati mampu menafsir suatu perkara dengan tidak terhalang oleh perkara apapun tanpa ada jarak antara subjek dan objek.
            Hati dapat memahami pengalaman-pengalaman khusus, misalnya pengalaman eksistensial, yaitu pengalaman hidup manusia yang dirasakan langsung, bukan yang telah ditafsir oleh akal. Akal tidak dapat mengetahui rasa cinta, tetapi hatilah yang merasakannya.
            Keutamaan hati sebagai sumber pengetahuan yang paling banyak dipercayai dibanding sumber lain. Pengetahuan ini disebut intuisionisme. Sebagian besar ahli filsafat muslim mempercayai kelebihan hati dibandingkan dengan akal. Salain itu terdapat juga sumber pengetahuan lain yang disebut wahyu.
            Intuisionisme dikembangkan di barat Henri Bergson. Dalam tradisi filsafat barat, pertentangan keras terjadi antara aliran empirisme dan rasionalisme. Pada awal abad ke-20, Empirisme masih menguasai pemikiran positivisme dalam ilmuwan barat. Pada filsafat pemikiran islam terjadi juga pertentangan antara aliran rasionalisme dan intuisionisme. Pada umumnya penilaian positif dari para ahli filsafat muslim terhadap intuisi bahwa mereka memberikan status yang kuat pada wahyu sebagai sumber pengetahuan yang lebih sahih daripada Rasionalisme.

            Meski dimiliki oleh semua orang, kadar kekuatan intuisi ini tentu saja berbeda-beda. Ada yang merasakannya sangat kuat, ada juda yang samar-samar. Biasanya kaum wanitalah yang intuisinya relative lebih peka. Keberadan intuisi sebenernya tidak jauh berbeda dengan bintang dilangit, ketika siang hari kita tidak bisa melihat keberadaannya karena terangnya cahaya matahari membuat mata kita tergoda untuk memandang objek yang lain. Tapi saat datang kegelapan barulah keberadaan bintang-bintang tersebut dapat kita lihat karena objek yang lain tidak terlihat. Dengan kata lain,untuk merasakan intuisi sebagai kekuatan terselubung, dibutuhkan situasi yang khusus, yaitu ketika mata batin lebih terfokus karena tidak terganggu oleh objek penglihatan yang lain. Namun focus dan tidaknya kekuatan itu salalu ada dalam diri setiap orang. Tinggal bagaimana menyelaminya untuk kemudian memanfaatkannya dalam kehidupan.

2.2 Mengasah intuisi
            Intuisi merupakan pengetahuan yang bergerak antara rasional dan literal. Sehingga untuk memahaminya, tidak cukup hanya menggunakan kategori akal. Tetapi harus memiliki keyakinan bahwa semua keyakinan dimuka bumi tidak terlepas dari sunatullah. Proses berlangsungnya sunatullah itu melewati beberapa tahapan yang sudah pasti terjadi sebelum sampai pada kejadianya itu sendiri. Direntang waktu inilah lahir kekuatan alam bawah sadar manusia yang disebut intuisi.
Cara untuk memberdayakan daya intuisi agar berfanfaat dalam kehidupan adalah.
1.      Meyakini dan menghargai intuisi
Keyakinan merupakan awal dari segalanya. Dengan meyakini bahwa anda mampu dan mempunyai intuisi, serta meyakini kalau anda mampu mengetuk dan berniat mengembangkanya, maka intuisipun akan berkembang sebagaimana anda harapkan serta memberikan informasi dan hal-hal lain yang bermanfaat dalam kehidupan.
2.      Meningkatkan spiritual
Intuisi bergerak antara rasional dan literal (sesuatu yang tidak dapat dibayangkan). Sehingga untuk mempertajam intuisi, kemampuan yang ada pada diri kita saja tidak cukup dan perlu campur tangan pemilik kehidupan. Dengan mendekatkan diri kepada sang pencipta, ibaratnya kita memasang radar untuk menangkap dan mendeteksi isyarat-isyarat yang datang dari langit. Bagi umat islam bisa melakukan kegiatan kerohanian, salah satunya adalah dengan berzikir. Sementara bagi umat Kristen dapat melakukan kegiatan antara lain melantunkan lagu-lagu pujian, doa. Sedangkan bagi penganut kepercayaan lain dapat melakukan latihan pernafasan atau bermeditasi.
3.      Pengendalian emosi
Indera keemam akan dapat berfungsi dengan baik apabila emosi senantiasa terkontrol. Memberdayakan intuisi tidak berbeda halnya dengan mengaktifkan indera tidak kasat mata. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari diusahakan semaksimal mungkin agar emosi dapat selalu terjaga. Untuk menjaganya diupayakan agar kerja pikiran dan perasaan selalu seimbang.
4.      Mengisi jiwa
Menghayati perasaan dan senantiasa belajar untuk membaca fenomena-fenomena yang terjadi disekitarnya akan memiliki kepedulian yang lebih dalam memperhatikan keadaan kejiwaan orang lain. Dan juga peka membaca perubahan-perubahan yang terjadi disekelilingnya. Kepekaan jiwa dan perasaan sangat penting untuk dimiliki, karena intuisi sering dating lewat tanda-tanda ,perlambang-perlambang yang membutuhkan kepekaan perasaan untuk bisa menangkap dan menterjemahkannya.
5.      Permainan mengendalikan indera mistik.
Salah satu cara untuk melatih dan mengasah indera mistik yaitu dengan melakukan permainan sederhana. Permainan tersebut dilakukan secara rutin setiap hari dengan meluangkan waktu sekitar seperempat jam. Caranya adalah dengan menuliskan keinginan, harapan, atau apa saja yang sangat diidam-idamkan dalam sebuah buku.yang harus ditulis adalah sesuatu yang benar-benar keluar dari dalam hati, dan bukan sekedar rekaan saja. Keinginan tersebut dapat berupa benda , atau yang bersifat non materiil. Setelah itu bayangkan bahwa keinginan tersebut benar-benar tercapai, tanpa berpikir bagaimana cara mencapaainya. Baru kemudian buku ditutup dan kerjakan aktifitas rutin sehari-hari.lakukan hal tersebut setiap hari selama sebulan lamanya. Setelah satu bulan buka kembali buku anda dan bacalah keinginan dan harapan yang telah anda tulis. Maka anda akan menemukan sebagian dari keinginan tersebut dapat tercapai.
6.      Membaca mimpi
Biasanya mimpi dating dalam bahasa atau perlambang yang dapat dimengerti, dan intuisi sering hadir dalam wujud mimpi. Karena itu cobalah untuk belajar membaca dan memperhatikan tema-tema besar apa yang muncul dalam mimpi anda.        


III. TOKOH-TOKOH ALIRAN INTUISIONISME DAN PERKEMBANGANNYA
           
            Intuisionisme dikembangkan oleh Henry Bergson (1959-1941) ini berkeyakinan bahwa akal dan indera memiliki keterbatasan. Karena menurutnya objek-objek yang kita tangkap itu adalah objek yang selalu berubah-ubah. Jadi pengetahuan yang dimiliki manusia tidak pernah tetap. Namun, ia dipelopori oleh Luitzen Egbertus Jan Brouwer (1881-1966) yang dikembangkan di Belanda. Aliran ini sejalan dengan falsafah umum yang dicetuskan oleh Imanuel Kant (1724-1804). Untuk mengetahui tokoh-tokoh dalam aliran ini akan dijabarkan sebagai berikut

3.1. Luitzen Egbertus Jan Brouwer (1881-1966)
            Brouwer dilahirkan disebuah kota di Overschie, Belanda. Karya pertama Brouwer adalah “Perubahan Pada Empat Demensi” dibawah bimbingan Kortteweg. Menurut Brouwer, dasar dari intuisionisme adalah pikiran. Namun, pemikiran-pemikiran yang dicetuskannya banyak dipengaruhi oleh pandangan Imanuel Kant. Matematika didefinisikan oleh Brouwer sebagai aktifitas secara bebas, namun ia merupakan suatu aktivitas yang ditemukan dari intuisi pada suatu saat tertentu. Pandangan intuisionisme tidak realism terhadap objek-objek dan tidak ada bahasa yang menghubungkan sehingga boleh dikatakan tidak ada penentu kebenaran matematika diluar aktivitas berpikir. Proposisi hanya berlaku ketika subjek dapat dibuktikan kebenarannya. Kesimpulan ,Brouwer mengungkapkan bahwa tidak ada kebenaran tanpa dilakukan pembuktian.

3.2 Arend Heyting (1898-1980)
            Murid Brouwer yang memiliki pengaruh besar pada  perkembangan intuisionisme filsafat matematika adalah Arend Heyting. Heyting menciptakan sebuah formula logik intuisionisme yang sangat tepat. Sistem ini dinamakan “Predikat Kalkulus Heyting” . Heyting menegaskan bahwa metafisik adalah pokok dalam kebenaran realisme logik klasik. Bahasa matematika klasik adalah pengertian faktor-faktor  objektif sebagai syarat-syarat kebenaran yang terbaik. Arti matematika klasik menggambarkan suatu keadaan dalam pernyataan benar dan salah. Arti seperti ini tidak tepat untuk intuisionisme.

3.3 Sir Michael Anthony Eardly Dummett (1925-sekarang)
            Filsafat Dummett lebih mementingkan pada logika intuisionistik daripada matematika itu sendiri. Pendapatnya seperti Brouwer tetapi tidak seperti Heyting . dummett tidak memiliki orientasi memilih. Dummett mengeksplorasi matematika klasik dengan menggunakan bentuk pikiran yang tidak mengakui pada satu jalan peraturan penguraian pernyataan alternatifnya. Ia mengusulkan beberapa pertimbangan mengenai logika adalah yang pada akhirnya harus bergantung pada arti pertanyaan. Ia juga mengambil pandangan yang diperoleh secara luas, yang kemudian disebut sebagai terminologi logika.                   


BAB IV INTUISI DALAM PEMIKIRAN BARAT

4.Intuisi dalam pemikiran barat
            Aliran rasionalisme mengatakan bahwa realitas harus dijelaskan berdasarkan kategori-kategori akal. Aristoteles menemukan alat ukur ini dengan memberikan nama Organon . Derngan alat ukur ini mampu dijelaskan segala sesuatu yang ada . Namun Organon hanya bersifat sebagai pengajaran atau penjelasan yang bersifat deskriptif saja. Aristoteles tidak mampu bertindak untuk melakukan sesuatu.
            Sebagai jawaban atas kelemahan Organon, Francis Bacon (1561-1626) menemukan alat ukur lain,yaitu Novum Organum. Menurutnya, kebenaran sesuatu itu tidak boleh hanya dijelaskan saja tetapi harus dilakukan atau dieksperimentasikan.   Di dalamnya harus ada proses. Dengan ditemukannya alat ukur ini, peradaban manusia berkembang luar biasa. Manusia mencapai hasil diluar batas kemampuan akal. Sesuatu yang semula tidak dipikirkan,menjadi mampu dibuktikan. Eksperimentasi serta metode ilmiah mendominasi peradaban manusia. Pemikiran Francis Bacon ini telah membawa kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
            Meskipun efeknya luar biasa, penemuan bacon juga menemukan batasnya, yaitu ketika berhubungan dengan nilai-nilai, kematian,kenyataan yang paradox ,Tuhan, serta kenyataan yang tidak bisa dieksperimentasikan atau dibawa ke laboratorium. Sebagai jawaban atas kekurangan Bacon, maka ditemukanlah alat ukur baru yang disebut dengan Tertium Organum oleh P.D.Quspensky (1878-1947), yaitu kebenaran yang bersifat intuitif yang merangkum keduanya, bahwa kenyataan itu harus rasional tetapi juga harus dieksperimentasikan ,yang didalamnya akan terjadi proses,perkembangan atau evolusi kesadaran menuju kenyataan yang tinggi.
            Henri Bergson (1859-1941), seorang filusuf Perancis, mengatakan bahwa intelek dan intuisi adalah dua jenis pengetahuan yang berbeda. Prinsip sains dimasukkan dalam kategori intelek dan prinsip-prinsip metafisika merupakan intuisi. Sains dan filsafat dapat disatukan dan akan menghasilkan pengetahuan yang intelektual dan intuitif. Pengetahuan semacam ini dapat menyatukan dua realitas yang berbeda.
            Bergson mengatakan bahwa intuisi itu jangan disamakan dengan perasaan dan emosi secara harfiah. Intuisi harus dilihat sebagai sesuatu yang bergantung pada kemampuan khusus yang didapatkan dari ilmu non alam. Intuisi itu sepertinya suatu tindakan atau rentetan dari tindakan-tindakan yang berasal dari pengalaman. Intuisi itu hanya bisa didapatkan dengan melepaskan diri dengan kesadaran spontan. Satu hal yang dicapai intuisi dan disebut sebagai objeknya adalah kepribadian diri manusia. Bergson mengatakan bahwa kenyataan absolute itu yang dikuak oleh intuisi metafisis adalah waktu yang tidak pernah habis. Manusia dapat menemukan kepribadiannya dengan berjalannya waktu, dan proses untuk sampai pada perubahan sepertinya sulit untuk berhenti. Dengan intuisi manusia akan mendapatkan bentuk pengetahuan yang menyatakan realitas itu kontinu  dan tak dapat terbagi. Realitas akan selalu berubah karena dalam hidup manusia akan selalu ada kebebasan akan kreativitas.
            Dalam sejarah filsafat barat, sekurang-kurangnya terdapat empat kecenderungan besar dalam menyikapi proses ilmiah. Keempat aliran itu adalah rasionalisme, empirisme, kritisisme, dan intuisionisme. Kemunculan aliran rasionalisme biasanya dikaitkan dengan filosof abad 17 dan 18, seperti Rene Descartes, Baruch Spinoza, dan Gottfried Lebniz, walaupun sebenarnya akar dari pemikiran ini dapat dilacak sampai filsafat Yunani. Paham ini berpendapat bahwa pada hakikatnya ilmu itu bersumber pada akal budi manusia. Descartes mengatakan bahwa dalam jiwa manusia terdapat ide bawaan yang dinamakan subtansi yang sudah tertanam. Lebih lanjut Descartes menyebut tiga hal yang disebut sebagai ide bawaan : pemikiran, Tuhan, dan keluasan (ekstensi). Menurut aliran ini sumber ilmu adalah akal melalui deduksi ketat seraya mengabaikan pengalaman. Hal ini menurut mereka karena ilmu adalah sesuatu yang sudah built in dalam jiwa manusia dan tugas kita adalah  mencapainya melalui deduksi . karenanya ilmu yang dihasilkan oleh Aliran ini biasanya dianggap bersifat universal.
            Aliran kedua adalah empirisme yang menekankan pentingnya pengalaman sebagai sarana pencapaian pengetahuan. Aliran ini dipelopori ole France Bacom, sekalipun dalam pengertian tertentu pemikiran yang mengutamakan pendekatan empirik dapat dilacak pula dalam filsafat Yunani. Puncak aliran ini terdapat pada pemikiran David Hume dalam karyanya A Treatise of Human Nature mengupas persoalan-persoalan erpistemologis penting. Berbanding terbalik dengan rasionalisme. Seperti yang dijelaskan oleh Hume, mengatakan bahwa seluruh isi pemikiran manusia berasal dari pengalaman, yang kemudian diistilahkan dengan persepsi. Kemudian persepsi dibagi menjadi dua macam,yaitu kesan-kesan (impressions) dan gagasan (ideas). Yang pertama adalah yang masuk melalui akal budi secara langsung,sifatnya kuat dan hidup. Yang berikutnya adalah persepsi yang berisi gambaran kabur tentang kesan-kesan. Derevasi ilmiah yang diakui oleh aliran ini adalah induksi terhadap fakta-fakta empiris
            Aliran ketiga adalah kritisisme yang merupakan usaha untuk menyintesiskan dua kutup ekstrim sebelumnya, rasionalisme dan empirisme. Tokoh utama aliran ini adalah Imanuel Kant. Pemikiran yang disampaikan oleh Kant berusaha untuk mengahiri perdebatan yang terjadi tentang objektivitas pengetahuan antara rasionalisme Jerman, yang diwakili Leibniz dan Wolf, dan empirisme Inggris. Kant berusaha menunjukkan unsur mana saja dalam pemikiran manusia yang berasal dari pengalaman dan unsur mana yang berasal dari akal. Berbeda dengan aliran filsafat sebelumnya yang memusatkan perhatian pada objek penelitian, Kant mengawali filsafatnya dengan memikirkan manusia sebagai subjek yang berfikir. Dengan demikian focus perhatian Kant adalah pada pada penyelidikan rasio manusia dan batas-batasnya.
            Aliran keempat yaitu intuisionisme. Aliran ini dimulai oleh Henri Bergson. Jika aliran ketiga aliran sebelumnya menekankan pentingnya akal dalam mencapai pengetahuan, aliran ini justru mementingkan intuisi. Penekanan terhadap  intuisi ini tidak berarti bahwa mereka menafikan sama sekali peran akal dan indera. Mazhab ini menyatakan bahwa mereka pengetahuan yang diperoleh melalui penghayatan langsung lebih superior dan sempurna. Secara epistemologis, pengetahuan melalui intuisi ini diperoleh melalui perasaan langsung mengenai hakekat sebuah objek, bukan aspek lahiriah dari objek itu. Bergson membagi pengetahuan menjadi dua macam; pengetahuan mengenai (knowledge about) dan pengetahuan tentang (knowledge of ) . Yang pertama bersifat diskursif-simbolis, sementara yang kedua bersifat langsung.




BAB V PENUTUP
Menurut John M. Echols (1997:329) intuisionisme berasal dari perkataan Inggris yaitu intuition yang artinya gerak hati. Maksudnya adalah bahwa manusia memiliki gerak hati atau disebut hati nurani. Gerak hati mampu membuat manusia melihat secara langsung suatu perkara benar atau salah, jahat atau baik, buruk atau baik secara moral. Ia dirujuk sebagai suatu proses melihat dan memahami masalah secara spontan juga merupakan satu proses melihat dan memahami suatu masalah secara intelek. Pengetahuan intuitif  ini merupakan pengetahuan langsung tentang suatu hal tanpa melalui proses pemikiran rasional. Namun kemampuan seperti ini bergantung kepada usaha manusia itu sendiri.
Intuisionisme adalah system etika yang tidak mengukur baik atau buruk suatu perbuatan berdasarkan hasilnya tetapi berdasarkan niat dalam melaksanakan perbuatan tersebut.
Tokoh-tokoh aliran intuisionisme dan perkembangannya 1. Luitzen Egbertus Jan Brouwer (1881-1966) Menurut Brouwer, dasar dari intuisionisme adalah pikiran 2. Arend Heyting (1898-1980) Heyting menciptakan sebuah formula logik intuisionisme yang sangat tepat. Sistem ini dinamakan “Predikat Kalkulus Heyting” 3. Sir Michael Anthony Eardly Dummett (1925-sekarang) Filsafat Dummett lebih mementingkan pada logika intuisionistik daripada matematika itu sendiri

Menurut Immanuel Kant (1724:1804) akal tidak pernah mampu mencapai pengetahuan langsung tentang sesuatu perkara. Akal hanya mampu berpikir perkara yang dilihat terus (fenomena) tetapi hati mampu menafsir suatu perkara dengan tidak terhalang oleh perkara apapun tanpa ada jarak antara subjek dan objek.
            Hati dapat memahami pengalaman-pengalaman khusus, misalnya pengalaman eksistensial, yaitu pengalaman hidup manusia yang dirasakan langsung, bukan yang telah ditafsir oleh akal. Akal tidak dapat mengetahui rasa cinta, tetapi hatilah yang merasakannya.
            Keutamaan hati sebagai sumber pengetahuan yang paling banyak dipercayai dibanding sumber lain. Pengetahuan ini disebut intuisionisme




DAFTAR PUSTAKA
prwansabditama.blogspot.com/2009/01/aliran-filsafat-modern.html
pdf-filsafat-kompasiana.com/…/intuisi-dalam-alam-pikiran-barat-dan –alam-pikiranjawa-sebuah-perbandingan/
rabbani.wordpress.com/…/tentang-sumber-sumber-pengetahuan-antara-barat-dan-islam
kafeilmu.co.cc/tema/intuisi-dalam-alam-pikiran-barat.html-
susanto.A,Drs.MPd.2010.filsafat ilmu- bumi aksara-Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar